Rabu, 05 Oktober 2011

makalah difusi dan deseminasi

PEMBAHASAN

A. Pengertian Difusi
Difusi adalah penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaa, tekknologi, ide) dari suatu pihak ke pihak lainnya; pembaharuan; pemencaran (KBBI, 2005, 264).
Menurut Ibrahim ( 2008, 59)

Difusi ialah proses komunikasi inovasi antar warga masyarakat (anggota sistem sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti: terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen) maupun memencar (divergen), yang berlangsung secara spontan. Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga masyarakat tentang inovasi.

Jadi difusi dapat juga merupakan salah satu tipe komunikasi, yakni komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah hal yang baru (inovasi).
Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Dalam sistem difusi sentralisasi, penentuan tentang berbagai hal dilakukan oleh sekelompok kecil orang atau tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi yang secara ekstrim tidak perlu ada agen pembaharu. Warga masyarakat itu sendiri yang bertanggung jawab terjadinya difusi inovasi.

B. Pengertian Desiminasi
Desiminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola (Ibrahim 1988:29). Perbadaannya dengan difusi ialah difusi tanpa perencanaan (spontan) sedangkan desimilasi dengan perencanaan.
Dalam pengertian ini desimilasi juga mencakup pengertian difusi, dengan kata lain, apabila desimilasi inovasi telah berhasil, maka dapat pula pihak yang menerima inovasi tersebut kemudian menyalurkan inovasi kepeda pihak lain. Misalnya dalam menyebarkan salah satu bentuk penilaian non test dalam mengadakan evaluasi pembelajaran. Setelah melalui percobaan, ternyata penggunaan system penilaian non test dengan system tersebut, evaluasi pembelajaran dengan penilaian non test dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Maka untuk menyebarkan inovasi dalam evaluasi pembelajaran tersebut dengan cara menatar beberapa guru untuk melakukan inovasi tersebut. apabila desimilasi berhasil dengan baik, maka harapannya akan terjadi juga difusi inovasi antar guru untuk mencapai kesamaan pendapat tentang inovasi yang telah disebarluaskan.

C. Elemen Difusi Inovasi
Roger mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu: inovasi, komunikasi dengan saluran tertentu, waktu, warga masyarakat (anggota sistem sosial)
1. Inovasi
Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain (Roger 1983:11). Menurut Ibrahim (1988:29) Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi atau discovery, yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Baru disini diartikan mengandung ketidak tentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif. Sesuatu yang tidak tentu masih terbuka berbagai kemungkinan bagi orang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya. Dengan adanya informasi, berarti mengurangi ketidaktentuan tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu alteratif tertentu.
Misalnya inovasi cara pemilihan dan penggunaan bibit unggul dalam system pertanian. Bagi orang yang menganggap cara pemilihan dan penggunaan bibit unggul dalam system pertanian itu merupakan hal yang masih baru, berarti itu masih serba tidak tentu. Bagi orang yang sudah mendapat informasi tentang cara pemilihan dan penggunaan bibit unggul dalam pertanian dan ia memahami informasi tersebut, maka dengan informasi tersebut dapat mengurangi ketidaktentuan. Dengan adanya informasi maka orang akan mempunyai kepastian mengenai inovasi yang diadakan.
Rogers membedakan dua macam informasi, pertama informasi yang berkaitan dengan pertanyaan “Apa inovasi (hal yang baru) itu?.” “Bagaimana menggunakannya?.” “Mengapa perlu memahami cara pemilihan dan penggunaan bibit unggul dalam pertanian?.” Informasi yang kedua berkaitan dengan penilaian inovasi atau berkaitan dengan pertanyaan “Apa manfaatnya menerapkan inovasi?.” “Apa konsekuensinya menggunakan inovasi?.”
Jika anggota sistem sosial (warga masyarakat) yang menjadi sasaran inovasi dapat memperoleh informasi yang dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut dengan jelas, maka akan hilanglah ketidak tentuan terhadap inovasi. Mereka telah memperoleh pengertian yang mantap apa inovasi itu. Mereka akan menerima dan juga menerapakan inovasi. Cepat lambatnya proses penerimaan inovasi dipengaruhi juga oleh atribut dan karakteristik inovasi.
Keterkaitan antara difusi dan inovasi adalah dengan adanya difusi, maka akan timbul adanya “re-invention” yaitu inovasi yang diubah atau dimodifikasi oleh para pemakai dalam proses penerimaan dan penerapannya.
2. Komunikasi dengan Saluran Tertentu
Komunikasi dalam pembicaraan difusi inovasi ini, diartikan sebagai proses pertukaran informasi antar anggota sistem sosial (warga masyarakat), sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain (Ibrahim 1988:61). Difusi adalah satu tipe komunikasi yaitu komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti dari pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (pertukaran informasi) tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Sesuatu inovasi individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi.
b. Individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi.
c. Induvidu atau kelompok yang lain belum mengenal inovasi.
d. Saluran komunikasi yang menggabungkan antara dua pihak tersebut.
Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seorang ke orang lain. Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara subyektif berdasarkan kajian ilmiah, tetapi justru mereka menilai inovasi secara objektif berdasarkan informasi yang diperoleh dari kawannya yang telah lebih dahulu menerima informasi. Proses kominikasi interpersonal ini akan lebih efektif jika sesuai dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu komunikasi akan lebih efektif jika dua orang yang berkomunikasi itu memiliki kesamaan seperti asal daerahnya, bahasanya, kepercayaannya, tingkat pendidikannya, dsb. Proses komunikasi antar orang yang “homophily” akan lebih terasa akrab dan lancar, gangguan komunikasi kecil sehingga akan terjadinya pengaruh individu satu terhadap yang lain lebih besar. Tetapi dalam kenyataanya apa yang banyak dijumpai dalam proses difusi justru keadaannya berlawanan dengan homophily yaitu heterophily. Heterophily dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa, kepercayaan, pendidikan dan lain sebagainya. Misalnya bagi orang yang biasa tinggal dijalanan (gelandangan) ketika ia diajak berbicara seputar dunia pendidikan atau dunia politik, maka akan sulit terjadinya komunikasi yang lancer karena adanya perbedaan profesi atau pendidikan.
Kesulitan dengan adanya perbedaan-perbedaan individu yang berkomunikasi itu dapat diatasi jika ada emphaty (emphati) yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang lain. Dengan kata lain emphati ialah kemampuan untuk menyamakan dirinya dengan oarng lain. Heterophly yang memliki kemampuan emphati yang tinggi, sebenarnya jika ditinjau dari psikologi-sosial, merupakam homophily.
3. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi.
Peranan difusi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai berikut:
a. Proses keputusan inovasi
Proses keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi.
Ada lima langkah (tahap) dalam proses keputusan inovasi yaitu:
1) Pengetahuan tentang inovasi
2) Bujukan atau himbauan
3) Penetapan atau keputusan
4) Penerapan (implementasi)
5) Konfirmasi (confirmation)
Peranan elemen waktu dalam proses keputusan inovasi tampak dengan adanya urutan (tahap) waktu pelaksanaan dari tahu adanya inovasi, himbauan, keputusan, penerapan, dan konfirmasi. Sedangkan periode waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses keputusan inovasi berlangsung, melalui lima langkah (tahap) proses keputusan inovasi tersebut. Namun mungkin juga terjadi perkecualian, suatu proses keputusan inovasi tidak menetapi lima langkah urutan tersebut. Misalnya inovasi dalam bidang kesehatan bahwa air harus direbus dahulu sebelum diminum agar terhindar dari kuman dan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan. Akan tetapi ada sekelompok orang yang telah melakukan inovasi tanpa melalui himbauan terlebih dahulu.


b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Kepekaan penerimaan inovasi ditandai dengan seseorang menerima inovasi dari yang lain dalam suatu sistem sosial masyarakat. Berdasarkan kepekaan penerima inovasi yaitu :
1) Inovator
2) Pemula
3) Mayoritas awal
4) Mayoritas
5) Terlambat (tertinggal)
c. Kecepatan penerimaan inovasi
Ialah kecepatan relatif diterimanya inovasi oleh warga masyarakat.
d. Warga masyarakat (anggota sistem sosial)
Merupakan hubungan (interaksi antar individu atau orang dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.
4. Sistem sosial
Adalah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan bekerja sama -untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat individu, kelompok, kelompok informal, organisasi, dan sub sistem yang lain. Semua anggota sistem sosial bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama. Sistem sosial akan mempengaruhi proses difusi inovasi, karena proses difusi inovasi terjadi dalam sistem sosial. Proses difusi melibatkan hubungan antar individu dalam sistem sosial.
Hal-hal yang berkaitan dengan sistem sosial dan berpengaruh terhadap proses difusi inovasi :
a. Struktur sistem sosial
Struktur diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem. Dengan adanya struktur ini maka dapat menim¬bulkan ketertiban dan kestabilan tingkah laku individu dalam sistem sosial, dan juga memberikan kemungkinan tiap individu untuk meren¬canakan atau meramalkan tingkah laku yang akan dilakukannya sepanjang tidak menyimpang dari peraturan yang telah ada. Dengan demikian maka dengan adanya struktur sosial tertentu, telah me¬ngurangi ketidak tentuan (uncertainty), karena sudah memberikan sebagian informasi berupa kejelasan aturan yang berlaku dalam sistem sosial.
b. Norma yang berlaku dalam sistem sosial
Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma menjelaskan tentang perbuatan apa yang diper¬bolehkan serta memberikan petunjuk tentang standar perbuatan para anggota sistem sosial. Oleh krena itu suatu inovasi yang tidak sesuai dengan norma yang ada pada suatu sistem sosial akan terhambat pe¬laksanaan proses difusinya. Hal ini sesuai dengan karakteristik inovasi yang telah dikemukakan oleh Roger sebelumnya, yaitu kompatibel (kesesuaian inovasi dengan system nilai yang ada di masyarakat)
c. Pemuka pendapat dan agen pembaharu yang terdapat dalam sistem sosial
Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi orang-¬orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya secara informal, ke arah sesuatu perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat me¬rupakan pimpinan informal, yang tidak tentu memiliki, status formal sebagai pemimpin dalam masyarakat. Pemuka pendapat mendapat kepercayaan dari warga masyarakat karena memiliki kemampuan teknik untuk mernimpin, tingkah lakunya diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Banyak pene¬litian menunjukkan bahwa jika sistem sosial akan mengadakan pe¬rubahan, maka pemuka pendapat sangat inovatif, tetapi jika norma tidak mau menerima perubahan, maka tingkah laku pemuka pendapat juga menggambarkan norma tersebut.
Pemuka pendapat berpengaruh karena kepribadiannya serta keseuaiannya dengan warga masyarakat (para anggota sistem sosial) secara informal, artinya bukan karena status atau kedudukan jabatan tertentu dalam masyarakat. Berbeda dengan pemuka pendapat, ada pula orang yang berpengaruh di dalam sistem sosial karena profesinya dan datang dari luar sistem, sosial yaitu agen pembaharu (change agent).
d. Tipe keputusan inovasi
1) Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri tahpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain.
2) Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota sistem sosial.
3) Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemanipuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial.
4) Keputusan inovasi kontingen (contingent) yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
e. Konsekuensi inovasi
Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari penerfimaan atau inovasi. penolakan dari suatu inovasi. Ditinjau dari hasil inovasi yang diperoleh atau yang tampak dalam sistem sosial, konsekuensi inovasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu:
1) Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, hal ini tergantung dari hasil inovasi di dalam sistem sosial itu fungsional atau tidak fungsional.
2) Konsekusensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial berupa respon yang segera atau pertama terjadi terhadap inovasi, atau respon yang kedua yang terjadi setelah adanya konsekuensi langsung.
3) Konsekuensi yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan, tergantung dari bagaimana perubahan itu, diketahui dan direncanakan oleh anggota sistem sosial, atau tidak.